Skip to main content

Rancangan peer learning pada kelompok 10 kelas andragogi fak. Psikologi USU

1.      Pengertian Peer Learning:
Peer learning merupakan strategi pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran orang dewasa (andragogy) dan self-direction. Menurut Jarvis (2001), peer teaching merupakan kegiatan belajar yang berpusat pada peserta didik dalam suatu kelompok atau komunitas tertentu kemudian merencanakan dan memfasilitasi kesempatan belajar untuk dirinya sendiri dan orang lain. Hal ini diharapkan dapat terjadi timbal balik antara teman sebaya yang akan merencanakan dan menfasilitasi kegiatan belajar dan dapat belajar dari perencanaan dan fasilitas. Peer learning adalah pembelajaran yang terpusat pada siswa, dalam hal ini siswa belajar dari siswa lain yang memiliki status umur, kematangan/harga diri yang tidak jauh berbeda dari dirinya sendiri. Sehingga siswa tidak merasa begitu terpaksa untuk menerima ide-ide dan sikap dari “gurunya” yang tidak lain adalah teman sebayanya itu sendiri.
2.      Manfaat Dan Tujuan Peer Learning
Peer learning sendiri mempunyai tujuan dan manfaat yang berguna bagi peserta didik. Berikut adalah tujuan dan manfaat dari  peer learning secara umum :
  1. Memberikan umpan balik dan dukungan terhadap siswa.
  2. Mengatasi isolasi.
  3. Tidak menakutkan (siswa lebih cenderung berani untuk bertanya walaupun pertanyaan yang “bodoh”).
  4. Memotivasi dan meyakinkan siswa.
  5. Fleksible dan responsibel.
Adapun menurut beberapa ahli (Dobos et al., 1999; Biggs, 1999; Bruffee, 1999; dan Boud et al. 2001) manfaat dari pembelajaran peer learning ini adalah:
  1. Meningkatkan motivasi, yaitu untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran maupun produk pengajaran.
  2. Sebagai outcome kognitif dan sosial dalam pembelajaran, yaitu meningkatkan level pendalaman atau pemikiran tingkat-tinggi (higher-order thinking), dan untuk mengembangkan keterampilan kerja sama (collaborative skills).
  3. Sebagai peningkatan rasa tanggung jawab seseorang atas upaya belajar, yaitu meningkatkan penguasaan proses belajar-mengajar dan proses pembelajaran dan konstruk-konstruk pengetahuan.
  4. Meningkatkan keterampilan meta-kognitif yang memungkinkan siswa untuk lebih mencerminkan pengajaran dan pembelajaran mereka secara lebih kritis.  Pada gilirannya siswa dapat lebih menghargai pengalaman belajar mereka.  Proses penerapan model ini dapat dilakukan di luar lingkungan kelas dalam semua konteks pembelajaran dan pengajaran.
3.      Perencanaan Peer Learning
Sehingga dari penjelasan tersebut, adapun program perencanaan ‘peer learning’ yang akan dibuat oleh kelompok adalah berdiskusi dengan membahas suatu isu-isu atau fenomena yang sedang menjadi pembicaraan hangat maupun di Indonesia sendiri atau bahkan di dunia. Kelompok berperan sebagai pemberi isu yang akan didiskusikan dan juga sebagai penyedia media dimana partisipan dapat memberikan opininya mengenai isu-isu tersebut. Media yang dimaksud adalah; kelompok akan membuat Mading yang dinamakan Opini Kritikus. Dimana mading ini akan diletakkan di tempat umum di Fakultas Psikologi dengan isi mading berupa isu-isu terhangat, kemudian partisipan (mahasiswa Psikologi) memberikan opininya melalui madins Opini Kritikus. Pembelajaran melalui mading ini sangat membutuhkan keaktifan, pemikiran kritis, dan juga wawasan partisipan mengenai isu-isu yang akan dibahas. Kelompok memilih untuk membuat mading sebagai wadah peer learning, dimana  saat ini pembelajaran melalui media ini sangatlah jarang dan menurut kelompok sangat sesuai untuk andargogy, dan kelompok ingin memberi media pembelajaran yang juga menarik melalui mading yang selama ini hanya bisa kita lihat tanpa bisa memberikan opini dan akan bisa menimbulkan antusias para pembaca dalam memberikan opininya antara satu dengan yang lain.
4.      Prosedur Peer Learning (Mading: Opini Kritikus)
Adapun prosedur dari Mading: Opini Kritikus
1.      Kelompok akan membuat Mading:Opini Kritikus yang akan diletakkan dibeberapa titik yang dapat diakses oleh mahasiswa Psikologi di Kampus Psikologi USU dan telah mendapatkan izin.
2.      Isi Mading: Opini Kritikus berisi topik hangat yang akan diminta pendapat dan ide kreatif partisipan. Partisipan akan menulis opini mereka dengan kertas tempel dan pena yang telah disediakan oleh kelompok.
3.      Kelompok akan memberikan masa penayangan mading selama satu minggu
4.      Kemudian kelompok merangkum hasil Opini Kritikus Mahasiswa Psikologi dalam bentuk Video sebagai publikasi dan dokumentasi hasil akhir
5.      Estimasi Biaya
Pengeluaran
Biaya
Sterofon 2 buah
Rp. 12.000
Paku Payung
Rp. 20.000
Ngeprint 2 Lembar
Rp. 2.000
Kertas HVS 5 lembar
Rp. 500
Pulpen 2 biji
Rp. 4.000
Tali Pelastik
Rp. 1.000
Kertas Origami
Rp. 10.000
TOTAL
Rp. 49.500


Comments

Popular posts from this blog

NKK/BKK pada masa pergerakan mahasiswa

Gerakan mahasiswa di Indonesia Gerakan mahasiswa  di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya. Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional, seperti yang tampak dalam lembaran sejarah bangsa.sejati karn msaing-masing fungi dari mahasiswa itu sendiri adalah agent of chenge and social control di dalam kehidupan berbangsa dan bernegar.. disini saya sendiri lebih tertarik pembahasan pergerakan mahasiswa pada masa era NKK/BKK Era NKK/BKK Setelah gerakan mahasiswa 1978, praktis tidak ada gerakan besar yang dilakukan mahasiswa selama beberapa tahun akibat diberlakukannya konsep Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) oleh pemerintah secara paksa. Kebijakan NKK dilaksanakan berdasarkan SK No.0156/U/1978 sesaa

manfaat pengenalan andragogi dan pedagogi

saya akan menjelaskan manfaat dari pembelajaran andragogi dan pedagogi. secara istilah atau pengertian sehari hari. andragogi itu adalah proses pembelajaran ditujukan pada orang dewasa. sedangkan pedagogi adalah pross pembelajaran yang ditujukan pada anak-anak dan harus adanya bimbingan dari orang yang lebih tua. secara perbedaan andragogi pada model pembelajaran andragogi menggunakan model blajar SCL ( student center learning). sedangkan model pembelajaran pedagogi adalah menggunakan metode pembelajaran TCL (teavher senter learning). baiklah mari kita jelaskan mengenai kenapa andragogi karna disini guru hanya memberikan sedikit materi dan selebihnya sang muridlah yang mencari dan memperdalam mengenai materi yang dipelajari karna disini mreka secara usia kronologis sudah mampu untuk berpikir secara mandiri dan berpikir lebih jauh tentang bagaimana suatau pembelajranan. penjelasan mengenai mengapa pedagogi menggunakan metode TCL karna disini guru bukan hanya berperan sebai me

Tugas dari observasi psikologi pendidikan TA 2013/2014 semester ganjil UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

kelompok 16 Riyan Kurnia Aswari 121301060 Azrah   131301017 Elfira Deviyanti Nasution  131301041  Khalisah fitri  131301049 arifauliabahri.blogspot.com arifah aulia 131301053  EVALUASI a.        Evaluasi terhadap kinarja kelompok Sekolah yang kami observasi beralamat di Jalan Willem Iskandar No. 7A Pancing, MAN 2 Model Medan. Kami melakukan observasi pada hari senin tanggal 7 april 2014. Sebelumnya kami sudah tiga kali ke lokasi yaitu pertama untuk meminta persetujuan sekolah pada tanggal 29 maret 2014, yang kedua untuk mengantarkan surat izin yang kemudian di proses oleh sekolah pada tanggal 3 april 2014. Setelah sekolah setuju dengan akan dilaksanakannya observasi dan mengizinkan kami untuk datang di tanggal 5,6,atau pun 7 april 2014. Kali ketiga kami kesekolah, di tanggal 5 april 2014 sebenarnya adalah untuk observasi, tetapi karena beberapa kendala seperti penyesuaian jadwal antar masing-masing anggota, dan kendala turunnya hujan deras sementara sekolah yan