kelompok 16
Riyan Kurnia Aswari 121301060
Azrah 131301017
Elfira Deviyanti Nasution 131301041
Khalisah fitri 131301049
arifauliabahri.blogspot.com
arifah aulia 131301053
EVALUASI
a. Evaluasi
terhadap kinarja kelompok
Sekolah yang kami observasi beralamat di
Jalan Willem Iskandar No. 7A Pancing,
MAN 2 Model Medan. Kami melakukan observasi pada hari senin tanggal 7
april 2014. Sebelumnya kami sudah tiga kali ke lokasi yaitu pertama untuk
meminta persetujuan sekolah pada tanggal 29 maret 2014, yang kedua untuk
mengantarkan surat izin yang kemudian di proses oleh sekolah pada tanggal 3
april 2014. Setelah sekolah setuju dengan akan dilaksanakannya observasi dan
mengizinkan kami untuk datang di tanggal 5,6,atau pun 7 april 2014. Kali ketiga
kami kesekolah, di tanggal 5 april 2014 sebenarnya adalah untuk observasi,
tetapi karena beberapa kendala seperti penyesuaian jadwal antar masing-masing
anggota, dan kendala turunnya hujan deras sementara sekolah yang kami tuju
kira-kira 1 jam perjalanan dan ditempuh naik angkot sampai akhirnya kami tiba
di sekolah 30 menit sebelum proses belajar mengajar berakhir. Hal ini merupakan
kelalaian kelompok yang seharusnya waktu dan kendala dapat diperkirakan
terlebih dahulu. Oleh karena keterlambatan itu, kami memutuskan untuk melakukan
observasi di tanggal 7 april 2014. Kami tiba di MAN 2 Model pukul 08.30 WIB dan masuk kelas untuk
observasi di pelajaran kedua pukul 09.00 WIB – 11.30 WIB.
Kelompok terdiri dari 5 orang, observasi
di kelas kami lakukan bersama-sama dimana masing-masing orang bertanggung jawab
atas ketiga poin yang akan di observasi. Satu orang menanggungjawabi dinamika
pembelajaran antara siswa dan guru; cara berbicara, sorot tatap mata, dan body
language. Satu orang menanggungjawabi setting ruangan kelas (tata letak ruangan dan
alat-alat belajar serta perabot, barang-barang yang ada di ruangan kelas). Satu
orang menaggungjawabi bagian setting lokasi sekolah secara menyeluruh (jumlah
kelas, terdapat halaman, rumah ibadah, laboratorium, dsb. Satu orang bagian
dokumentasi dan satu lagi bagian koordinasi dengan pihak sekolah. Semua anggota
kelompok saling membantu dalam menyelesaikan tugasnya. Setelah selesai
observasi, masing-masing anggota kelompok membuat laporannya sesuai dengan
pembagian tersebut diatas.
Metode riset deskriptif yaitu observasi
yang di lakukan adalah observasi alamiah dimana perilaku diamati di dunia rill,
observasi terhadap perilaku dalam situasi alami. Dalam teknik ini, peneliti
tidak boleh mempengaruhi orang yang diteliti, sehingga peneliti berupaya agar
orang-orang yang diamatinya tidak memperhatikan keberadaan peneliti. Upaya
untuk melakukan observasi alamiah sesuai pengertiannya sudah dilakukan oleh
kelompok yaitu hanya memberi tahu tujuan dan yang akan kami observasi kepada
pihak sekolah dan guru yang mengajar di kelas yang di observasi. Namun ketika
kami masuk kelas, guru yang mengajar ternyata memberitahu kepada murid maksud
kedatangan kami sehingga ada kesan packing dalam proses pembelajaran baik itu
oleh guru maupun siswa. Ditambah lagi dengan kondisi dalam kelas yang
memudahkan murid-murid untuk menaruh perhatiannya pada kami. Kami melakukan
observasi dari belakang kelas agar tidak mengganggu perhatian murid pada
pelajaran, tetapi model tempat duduk siswa yang merapat sampai kedinding
belakang sehingga kami harus duduk berdekatan dengan murid-murid bagian
belakang menjadi salah satu penyebab terbaginya perhatian murid dalam kelas.
b. Evaluasi
hasil observasi
·
Mulai dari berbicara
gesture dilihat dari sorot mata yang tajam dan mendalam kepada para murid guna
membantu para murid dapat belajar secara optimal. Dari interaksi dinamika yang
di dalam kelas. Terlihat bersifat aktif dinamika di dalam kelas walaupun kurang
kondusif namun para siswa sangat antusias menjawab pelajaran dari guru.
Evaluasi dari segi kedekatan antara guru dengan murid bersifat jarak yang personal
untuk membantu siswa mempelajari pelajaran. Metode yang digunakan dengan SCL(Student
Centre Learning) terlihat dengan guru hanya memberikan sedikit dan sisanya
murid yang berperan aktif di dalam proses belajarnya.
·
Manajemen kelas yang
efektif tentu sangat dibutuhkan untuk memaksimalkan kesempatan pembelajaran siswa
(Charles,2002;Everston,Emmer,&Worsham,2003). Suasana kelas dan fasilitas
yang mendukung tentu akan menunjang proses belajar mengajar. Didalam kelas
XI-IPS 1 ini terdiri dari 40 orang yang terbagi menjadi 16 orang siswi dan 24
orang siswa. Gaya penataan meja siswa memakai model auditorium, dimana semua
siswa duduk menghadap guru. Meja siswa berpasangan yang terdiri dari 4 baris
kesamping dan5 baris kebelakang. Gaya penataan meja siswa ini sudah baik, dari
setiap sisi tempat duduk siswa, siswa dapat melihat kearah guru dan papan
tulis yang berada dibagian tengah depan
kelas dengan jelas.
·
Berdasarkan teori
perkembangan Piaget dimana anak SMA yang berusia kira-kira 14-17 tahun berada
pada tahap operasional formal (tahap perkembangan Piaget). Yaitu, siswa sudah
mulai memikirkan hal-hal yang abstrak, idealis, dan logis. Remaja mulai
memikirkan kualitas ideal yang mereka inginkan dalam diri mereka. Dalam tahap
kognitif ini juga berkembang sikap egosentris pada siswa. Selalu ingin
diperhatikan, menjadi pusat perhatian dan merasa unik serta berbeda dengan
orang lain. Hal ini terlihat saat di dalam kelas beberapa siswa dengan sengaja
berjalan-jalan dan membuat sedikit kericuhan agar dilihat oleh temannya, guru,
maupun kami yang sedang melakukan observasi di belakang.
·
Berdasarkan teori
perkembangan rentang hidup Erikson siswa SMA berada di tahap Identitas vs
kebingungan identitas, masa remaja (10-20 tahun). Remaja berusaha mencari tahu
jati dirinya, dan kemana mereka akan menuju. Ramaja perlu diberi kesempatan
untuk mengeksplorasi berbagai cara untuk memahami identitas dirinya. Apabila
remaja tidak cukup mengeksplorasi dirinya maka identitas dirinya tidak akan
bisa ia temukan. Hal inilah yang mempengaruhi konsistensi dan antusiasme siswa
dalam belajar. Terlihat ada keinginan untuk menemukan jati diri pada setiap
siswa yang membuat mereka terus menonjolkan kemampuan dan keunikan dirinya.
Kelas yang kami observasi adalah kelas IPS, pilihan siswa untuk masuk ke kelas
IPS ini juga menjadi salah satu bukti bahwa mereka memiliki orientasi terhadap
masa depan mereka, untuk menemukan jati diri mereka.
·
Fungsi kognitif berasal
dari situasi sosial (Vygotsy). Tugas yang sulit dikuasai anak sendirian akan
lebih mudah dipelajari dengan bantuan orang yang lebih dewasa (guru) atau anak
lain yang lebih mampu atau Zone Proximal Development. Setelah siswa mendapat instruksi verbal atau
demokrasi kemudian mereka menata informasi dalam struktur mental mereka dengan
bantuan orang yang lebih mampu. Sehingga siswa akhirnya bisa melakukan suatu
tugas itu tanpa bantuan orang lain. Pada saat siswa praktek mengerjakan apa
yang sudah diinstruksikan oleh guru, guru berkeliling untuk melihat bagaimana
siswa mengerjakan tugas tersebut dan membantu siswa yang kesulitan. Berkali-kali
guru bertanya, sudah paham? Masih ada yang mau bertanya? Dengan tujuan guru
mengetahui siswa mana yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya
untuk kemudian di bantu oleh guru. Di barisan siswa juga terlihat mereka saling
bertanya satu sama lain. Siswa yang dianggap telah meguasai materi tersebut
kemudian menjelaskan kepada teman lain yang butuh bantuan menyelesaikan tugas
tersebut.
·
Di dalam kelas terlihat
praktek pembelajaran asosiatif ini. Pertama-tama saat akan menerangkan
pelajaran di papan tulis, guru memberikan stimulus berupa kata-kata
“perhatikan!” dan siswa pun mulai mendengarkan guru. Kemudian kondisi kedua
guru mengatakan “perhatikan” sambil berjalan mengambil spidol dan siswa-siswi
pun memperhatikan guru. Kejadian ini beberapa kali berulang, hingga akhirnya
ketika guru mulai berjalan dan mengambil spidol, tanpa mengucapkan kata
“perhatikan”, siswa sudah mengerti bahwa guru akan menerangkan sesuatu dan
mulai memperhatikannya. (classical
conditioning). Merupakan bentuk pembelajaran asosiatif di mana stimulus netral
diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna dan memunculkan kemampuan untuk
mengeluarkan respons yang serupa.
·
Ketika guru menginstruksikan
untuk mempraktekkan yang sudah di terangkan, ada siswa yang kemudian
mengerjakan dengan antusias dan menyelesaikannya. Guru pun memuji tugasnya dan siswa
itu semakin semangat mengerjakan tugas berikutnya. Sebaliknya ketika ada siswa
yang bermalas-malasan, guru menegurnya, dan siswa itu pun mulai mengerjakan
tugasnya. (operant conditioning). Merupakan bentuk pembelajaran di mana
konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan pada kemungkinan
perilaku yang akan diperkuat atau tidak.
·
Teori Kognitif Sosial (social cognitive
theory) menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif, dan juga faktor
perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran. Proses pembelajaran yang
berkontribusi pada teori kognitif sosial ini merupakan pembelajaran
observasional. Pembelajaran Observasional disebut juga imitasi atau modelling,
adalah pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru
perilaku orang lain. Ketika seorang siswa rajin dan pintar mendapat sanjungan
dari guru, siswa lain pun menjadikannya sebagai model yang kemudian di contoh
perilakunya agar bisa menjadi seperti siswa pintar tersebut dan mendapat sanjungan
dari guru. Guru juga menjadi model bagi siswa, ketika guru menerangkan
pelajaran, menjelaskan bagaimana cara membuat tabel dan cara mengerjakan tugas
dalam pelajaran ekonomi, siswa memperhatikan guru dengan baik. Siswa
mengobservasi apa yang di lakukan guru terhadap pelajaran tersebut dan kemudian
menerapkannya ketika mengerjakan tugas itu sendiri.
Comments
Post a Comment